ndonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam
dan Colombia.Dari total produksi, sekitar 67% kopinya diekspor sedangkan sisanya (33%)
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tingkat konsumsi kopi dalam negeri berdasarkan
hasil survei LPEM UI tahun 1989 adalah sebesar 500 gram/kapita/tahun. Dewasa ini
kalangan pengusaha kopi memperkirakan tingkat konsumsi kopi di Indonesia telah
mencapai 800 gram/kapita/tahun. Dengan demikian dalam kurun waktu 20 tahun
peningkatan konsumsi kopi telah mencapai 300 gram/kapita/tahun.
dan Colombia.Dari total produksi, sekitar 67% kopinya diekspor sedangkan sisanya (33%)
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tingkat konsumsi kopi dalam negeri berdasarkan
hasil survei LPEM UI tahun 1989 adalah sebesar 500 gram/kapita/tahun. Dewasa ini
kalangan pengusaha kopi memperkirakan tingkat konsumsi kopi di Indonesia telah
mencapai 800 gram/kapita/tahun. Dengan demikian dalam kurun waktu 20 tahun
peningkatan konsumsi kopi telah mencapai 300 gram/kapita/tahun.
Strata Industri kopi dalam negeri sangat beragam, dimulai dari unit usaha berskala home
industry hinggaindustri kopi berskala multinasional. Produk-produk yang dihasilkan tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kopi dalam negeri, namun juga untuk mengisi
pasar di luar negeri. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumsi kopi di dalam negeri
merupakan pasar yang menarik bagi kalangan pengusaha yang masih memberikan prospek
dan peluang sekaligus menunjukkan adanya kondisi yang kondusif dalam berinvestasi
dibidang industri kopi.
industry hinggaindustri kopi berskala multinasional. Produk-produk yang dihasilkan tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kopi dalam negeri, namun juga untuk mengisi
pasar di luar negeri. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumsi kopi di dalam negeri
merupakan pasar yang menarik bagi kalangan pengusaha yang masih memberikan prospek
dan peluang sekaligus menunjukkan adanya kondisi yang kondusif dalam berinvestasi
dibidang industri kopi.
Perkembangan Kebutuhan Kopi
Sebagai negara produsen, Ekspor kopi merupakan sasaran utama dalam memasarkan
produk-produk kopi yang dihasilkan Indonesia. Negara tujuan ekspor adalah negara-negara
konsumer tradisional seperti USA, negara-negara Eropa dan Jepang. Seiring dengan kemajuan
dan perkembangan zaman, telah terjadi peningkatan kesejahteraan dan perubahan gaya hidup
masyarakat Indonesia yang akhirnya mendorong terhadap peningkatan konsumsi kopi.
Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan pemenuhan kebutuhan dalam negeri yang pada
awal tahun 90an mencapai 120.000 ton, dewasa ini telah mencapai sekitar 180.000 ton.
produk-produk kopi yang dihasilkan Indonesia. Negara tujuan ekspor adalah negara-negara
konsumer tradisional seperti USA, negara-negara Eropa dan Jepang. Seiring dengan kemajuan
dan perkembangan zaman, telah terjadi peningkatan kesejahteraan dan perubahan gaya hidup
masyarakat Indonesia yang akhirnya mendorong terhadap peningkatan konsumsi kopi.
Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan pemenuhan kebutuhan dalam negeri yang pada
awal tahun 90an mencapai 120.000 ton, dewasa ini telah mencapai sekitar 180.000 ton.
Oleh karena itu, secara nasional perlu dijaga keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan
kopi terhadap aspek pasar luar negeri (ekspor) dan dalam negeri (konsumsi kopi) dengan
menjaga dan meningkatkan produksi kopi nasional.
kopi terhadap aspek pasar luar negeri (ekspor) dan dalam negeri (konsumsi kopi) dengan
menjaga dan meningkatkan produksi kopi nasional.
Pola Konsumsi Kopi
Ditilik dari sejarah perkembangan kopi di Indonesia, sejak kopi menjadi salah satu komoditi
andalan Pemerintah Hindia Belanda pada awal tahun 1900an, kopi-kopi yang dihasilkan oleh
perkebunan yang dikelola oleh Pemerintah Hindia Belanda hampir semuanya diekspor.
Kopi-kopi yang berkualitas rendah dan tidak laku dieksporlah yang dijual atau diberikan
kepada rakyat dan buruh kebun untuk dijadikan minuman. Selera minum kopi dari bahan
kopi yang berkualitas rendah ini terbawa secara turun temurun hingga sekarang dan bahkan
dibeberapa daerah khususnya di Jawa, kopinya dicampur dengan beras atau jagung
(dikenal dengan kopi jitu = kopi siji jagung pitu).
andalan Pemerintah Hindia Belanda pada awal tahun 1900an, kopi-kopi yang dihasilkan oleh
perkebunan yang dikelola oleh Pemerintah Hindia Belanda hampir semuanya diekspor.
Kopi-kopi yang berkualitas rendah dan tidak laku dieksporlah yang dijual atau diberikan
kepada rakyat dan buruh kebun untuk dijadikan minuman. Selera minum kopi dari bahan
kopi yang berkualitas rendah ini terbawa secara turun temurun hingga sekarang dan bahkan
dibeberapa daerah khususnya di Jawa, kopinya dicampur dengan beras atau jagung
(dikenal dengan kopi jitu = kopi siji jagung pitu).
Dengan meningkatnya taraf hidup dan pergeseran gaya hidup masyarakat perkotaan
di Indonesia telah mendorong terjadinya pergeseran dalam pola konsumsi kopi khususnya
pada kawula muda. Generasi muda pada umumnya lebih menyukai minum kopi instant,
kopi three in one maupun minuman berbasis expresso yang disajikan di café-café.
Sedangkan kopi tubruk (kopi bubuk) masih merupakan konsumsi utama masyarakat/penduduk
di pedesaan dan golongan tua.
di Indonesia telah mendorong terjadinya pergeseran dalam pola konsumsi kopi khususnya
pada kawula muda. Generasi muda pada umumnya lebih menyukai minum kopi instant,
kopi three in one maupun minuman berbasis expresso yang disajikan di café-café.
Sedangkan kopi tubruk (kopi bubuk) masih merupakan konsumsi utama masyarakat/penduduk
di pedesaan dan golongan tua.
Struktur Industri Kopi Dalam Negeri
1. Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri)
Industri yang tergolong dalam kelompok ini adalah industri yang bersifat rumah tangga
(home industri) dimana tenaga kerjanya adalah anggota keluarga dengan melibatkan
satu atau beberapa karyawan.Produknya dipasarkan di warung atau pasar yang ada disekitarnya
dengan brand name atau tanpa brand name.Industri yang tergolong pada kelompok ini
pada umumnya tidak terdaftar di Dinas Perindustrian maupun
di Dinas POM. Industri pada kelompok ini tersebar di seluruh daerah penghasil kopi.
Industri yang tergolong dalam kelompok ini adalah industri yang bersifat rumah tangga
(home industri) dimana tenaga kerjanya adalah anggota keluarga dengan melibatkan
satu atau beberapa karyawan.Produknya dipasarkan di warung atau pasar yang ada disekitarnya
dengan brand name atau tanpa brand name.Industri yang tergolong pada kelompok ini
pada umumnya tidak terdaftar di Dinas Perindustrian maupun
di Dinas POM. Industri pada kelompok ini tersebar di seluruh daerah penghasil kopi.
2. Industri kopi olahan kelas menengah
Industri kopi yang tergolong pada kelompok ini merupakan industri pengolahan
kopi yang menghasilkan
kopi bubuk atau produk kopi olahan lainnya seperti minuman kopi yang produknya
dipasarkan di wilayah Kecamatan atau Kabupaten tempat produk tersebut dihasilkan.
Produknya dalam bentuk kemasan sederhana
yang pada umumnya telah memperoleh Izin dari Dinas Perindustrian sebagai produk Rumah tangga.
Industri kopi yang tergolong pada kelompok ini merupakan industri pengolahan
kopi yang menghasilkan
kopi bubuk atau produk kopi olahan lainnya seperti minuman kopi yang produknya
dipasarkan di wilayah Kecamatan atau Kabupaten tempat produk tersebut dihasilkan.
Produknya dalam bentuk kemasan sederhana
yang pada umumnya telah memperoleh Izin dari Dinas Perindustrian sebagai produk Rumah tangga.
Industri kopi olahan kelas menengah banyak dijumpai di sentra produksi kopi seperti
di Lampung, Bengkulu,Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Jawa Timur.
di Lampung, Bengkulu,Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Jawa Timur.
3. Industri kopi olahan kelas Besar
Industri kopi kelompok ini merupakan industri pengolahan kopi yang menghasilkan
kopi bubuk, kopi instant atau kopi mix dan kopi olahan lainnya yang produknya
dipasarkan di berbagai daerah di dalam negeri ataudiekspor. Produknya dalam bentuk
kemasan yang pada umumnya telah memperoleh nomor Merek Dagang
dan atau label lainnya.
Industri kopi kelompok ini merupakan industri pengolahan kopi yang menghasilkan
kopi bubuk, kopi instant atau kopi mix dan kopi olahan lainnya yang produknya
dipasarkan di berbagai daerah di dalam negeri ataudiekspor. Produknya dalam bentuk
kemasan yang pada umumnya telah memperoleh nomor Merek Dagang
dan atau label lainnya.
Beberapa nama industri kopi yang tergolong sebagai industri kopi ini adalah PT Sari Incofood Corp,
PT. Nestle Indonesia, PT Santos Jaya Abadi, PT Aneka Coffee Industri, PT Torabika Semesta dll.
PT. Nestle Indonesia, PT Santos Jaya Abadi, PT Aneka Coffee Industri, PT Torabika Semesta dll.
Keragaman Kemasan
Produk-produk yang dihasilkan oleh industri kopi dalam negeri sangat beragam mulai dari produk yang
bersifat tradisional dengan menggunakan kertas sampul atau kemasan plastik sederhana sampai dengan
kemasan alumunium foil. Kemasan-kemasan produk kopi pada umumnya berupa sachet siap saji, atau
kemasan pack dengan isi yang beragam.
bersifat tradisional dengan menggunakan kertas sampul atau kemasan plastik sederhana sampai dengan
kemasan alumunium foil. Kemasan-kemasan produk kopi pada umumnya berupa sachet siap saji, atau
kemasan pack dengan isi yang beragam.
Sedangkan untuk beberapa jenis produk kopi olahan tujuan ekspor terdapat kemasan boks berukuran
besar untuk produk roasted coffee dan instant coffee. Sedangkan untuk liquid extract coffee berupa kemasan
khusus yaitu drum.
besar untuk produk roasted coffee dan instant coffee. Sedangkan untuk liquid extract coffee berupa kemasan
khusus yaitu drum.
Produksi Kopi Olahan
Produk-produk yang dihasilkan oleh industri kopi pada dasarnya adalah berupa kopi bubuk dan kopi instant.
Dari kedua jenis ini dihasilkan produk-produk kopi seperti kopi three in one dan lainnya. Sedangkan di Cafe
(Kedai Kopi) produk dasarnya adalah berupa kopi original dan kopi espresso.
Dari kedua jenis ini dihasilkan produk-produk kopi seperti kopi three in one dan lainnya. Sedangkan di Cafe
(Kedai Kopi) produk dasarnya adalah berupa kopi original dan kopi espresso.
Produksi kopi bubuk saat ini diperkirakan telah mencapai 150.000 ton, sedangkan untuk kopi instant dan
turunnya telah mencapai 20.000 ton. Data BPS (Biro Pusat Statistik) mencatat bahwa volume ekspor kopi
soluble rata-rata dalam 5 tahun terakhir mencapai sekitar 15.000 ton per tahun sedangkan ekspor kopi bubuk
mencapai 3.000 ton per tahun
turunnya telah mencapai 20.000 ton. Data BPS (Biro Pusat Statistik) mencatat bahwa volume ekspor kopi
soluble rata-rata dalam 5 tahun terakhir mencapai sekitar 15.000 ton per tahun sedangkan ekspor kopi bubuk
mencapai 3.000 ton per tahun
I
0 komentar:
Posting Komentar